BERBAKTI KEPADA
GURU
Pengertian Guru
secara ethimologi (harfiah) ialah orang yang pekerjaannya mengajar. Kemudian
seorang guru biasa disebut sebagai ustadz, mu`alim, murabbiy, mursyid,
mudarris, dan mu`addib, yang artinya orang yang memberikan ilmu pengetahuan
dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang
yang berkepribadian baik. Sedangkan pengertian guru ditinjau dari sudut
therminologi yang diberikan oleh para ahli dan cerdik cendekiawan, adalah
sebagai berikut:
1.
Menurut
Muhaimin dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menguraikan bahwa guru adalah
orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan siswanya, baik
secara individual ataupun klasikal. Baik disekolah maupun diluar sekolah. Dalam
pandangan Islam secara umum guru adalah mengupayakan perkembangan seluruh
potensi/aspek anak didik, baik aspek cognitive, effective dan psychomotor.
2.
Zakiah
Daradjat dalam bukunya ilmu pendidikan Islam menguraikan bahwa seorang guru
adalah pendidik Profesional, karenanya secara implicit ia telah merelakan
dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan.
3.
Menurut
Syaiful Bahri Djamarah dalam setiap melakukan pekerjaan yang tentunya dengan
kesadaran bahwa yang dilakukan atau yang dikerjakan merupakan profesi bagi
setiap individu yang akan menghasilkan sesuatu dari pekerjaannya. Dalam hal ini
yang dinamakan guru dalam arti yang sederhana adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik.
4. M. Ngalim Purwanto dalam bukunya Ilmu Pendidikan Praktis dan
Teoritis menjelaskan guru adalah orang yang telah memberikan suatu ilmu/
kepandaian kepada yang tertentu kepada seseorang/ kelompok orang.
Dari
rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang
memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan tujuan
agar peserta didik mampu memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Kemudian
apabila istilah kata guru dikaitkan dengan kata agama islam menjadi guru agama
islam, maka pengertiannya adalah menjadi seorang pendidik yang mengajarkan
ajaran agama Islam dan membimbing anak didik kearah pencapaian kedewasaan serta
membentuk kepribadian muslim yang berakhlak mulia, sehingga terjadi
keseimbangan antara kebahagiaan didunia dan kebahagiaan diakhirat.
Dalam kitab تيسير الخلّاق disebutkan
bahwa setiap murid dalam jiwanya harus ada akhlak kepada gurunya dan akhlak
kepada temannya. Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik
murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh SWT. Sebagaimana
wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para
guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama. Dalam
pandangan tasawuf ilmu tidak bermanfaat salah satunya karena tidak hormatnya
murid terhadap gurunya. Akhlak terhadap guru diantaranya adalah :
·
Memuliakan,
tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang
yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” (HR.Ahmad dan
At-Tirmidzi)
·
Memperhatikan
ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra :
وَ سَكَتَ النَّاسُ كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرَ
“Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala
mereka.” (HR.Al-Bukhori).
·
Imam
Sufyan Ats-Tsauri rohimahulloh berkata : “Bila kamu
melihat ada anak muda yang bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan
ilmu, maka berputus-asalah dari kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya.”
(HR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan).
- Bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik. Allah berfirman :
فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Bertanyalah
kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.” (Qs.An-Nahl : 43
dan Al-Anbiya’:7)
·
Rasulullah SAW
bersabda :
أَلاَ سَأَلُوْا
إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
“Mengapa
mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan
adalah bertanya ?” ( HR. Abu Dawud ).
0 komentar:
Posting Komentar