10 CONTOH PERBUATAN SYIRIK
.
Tauhid adalah kufur kepada thaghut dan beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ada
juga definisi yang lain, yaitu konsep dalam aqidah Islam yang
menyatakan keesaan Allah. Mengamalkan tauhid merupakan konsekuensi dari
kalimat syahadat yang telah diikrarkan oleh seorang muslim. Kalimat
tauhid Laa ilaaha illallah (tiada ilah selain Allah) artinya
secara esoterik maupun aplikatif adalah tiada sesuatupun yang diikuti
aturannya, dijauhi larangannya atau diibadati (diabdi/disembah) selain
Allah. Orang yang bertauhid disebut orang yang beriman (orang mukmin).
Lawan dari tauhid adalah syirik. Syirik menurut bahasa artinya bersekutu
atau berserikat. Sedangkan syirik menurut istilah artinya menjadikan
sekutu bagi Allah, baik dalam Zat-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, maupun
dalam ketaatan yang seharusnya ditujukan hanya untuk Allah semata. Dan
orang yang berbuat syirik disebut orang musyrik (ada dua golongan). Sudah menjadi Sunnatullah bahwa pertentangan antara tauhid vs syirik atau orang mukmin vs orang musyrik akan selalu ada di segala zaman.
Semua rasul dari Nabi Adam 'alaihis salam hingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus Allah dengan misi yang sama yaitu menyeru umatnya agar mereka mentaati 3 (tiga) prinsip ajaran tauhid sebagai berikut:
• Beribadah (menyembah/mengabdi) kepada Allah
• Meninggalkan perbuatan syirik
• Menjauhi thaghut
• Meninggalkan perbuatan syirik
• Menjauhi thaghut
Hal tersebut sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
Ibadatilah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun... (QS. An-Nisa: 36)
Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada
(rasul-rasul) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah),
niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu ibadati..."
(QS. Az-Zumar: 65-66)
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Ibadatilah Allah (saja) dan jauhilah thaghut."... (QS.
An-Nahl: 36)
Perbuatan syirik merupakan kezaliman yang besar berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar." (QS. Luqman: 13)
Ada 3 (tiga) sebab munculnya perilaku syirik, yaitu sebagai berikut:
• Al jahlu (kebodohan)
• Dhai’ful iman (lemahnya iman)
• Taqlid (ikut-ikutan secara membabi-buta)
• Dhai’ful iman (lemahnya iman)
• Taqlid (ikut-ikutan secara membabi-buta)
Barangsiapa yang berbuat syirik maka hapuslah pahala segala amal perbuatannya, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada
(rasul-rasul) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah),
niscaya akan hapuslah amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)
...Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-An'am: 88)
Barangsiapa
yang berbuat syirik maka dia telah berbuat dosa yang besar dan dosanya
itu tidak akan diampuni, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar. (QS. An-Nisa: 48)
Sesungguhnya
Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan
dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa: 116)
Barangsiapa yang berbuat syirik maka Allah mengharamkan surga kepadanya, dan tempatnya adalah neraka, berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
...Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zalim (musyrik) itu seorang penolongpun. (QS.
Al-Maidah: 72)
Orang-orang
beriman tidak boleh memintakan ampun bagi orang-orang musyrik meskipun
anggota keluarga sendiri, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Tiadalah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun
(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik
itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya
orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. (QS. At-Taubah:
113)
Orang-orang
musyrik itu halal darah dan hartanya, bahkan Allah memerintahkan untuk
membunuh mereka di mana saja menjumpai mereka, kecuali mereka bertaubat,
berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
...bunuhlah
orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan
tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian.
Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka
berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan... (QS. At-Taubah: 5)
Demikian juga Nabi Musa 'alaihis salam dulu
memerintahkan kaumnya agar membunuh orang-orang musyrik di antara
mereka yang terlibat penyembahan patung anak lembu yang terbuat dari
emas, akan tetapi dibunuhnya mereka dalam hal ini justru sebagai bentuk
taubat mereka kepada Allah, sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
Dan
(ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah
menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada sang
Pencipta yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih
baik bagimu pada sisi sang Pencipta yang menjadikan kamu; maka Dia akan
menerima taubatmu... (QS. Al-Baqarah: 54)
Khusus para pelaku syirik dari golongan Yahudi dan Nasrani, Allah menamakan mereka ahli kitab (bukan orang musyrik) dan memerintahkan untuk memerangi mereka sampai mereka membayar jizyah, yaitu pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka, berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
Perangilah
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada
hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh
Allah dan rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama
Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka,
sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. (QS. At-Taubah: 29)
Berikut 40
(empat puluh) contoh perbuatan syirik berdasarkan keterangan dari Al
Quran dan As Sunnah. Jumlah 40 ini tidak bermaksud membatasi, tetapi
hanya sekedar memberikan contoh saja, yaitu sebagai berikut:
1. Sembahyang kepada makhluk tak bernyawa
Apakah makhluk itu murni disembah/dipuja atau hanya sebagai simbol bagi rabb/ilah (tuhan)
selain Allah, umpamanya menyembah/memuja patung, kuburan, pohon, batu,
matahari, bulan, bintang, dan lain-lain. Penyembahan/pemujaan terhadap
makhluk-makhluk tersebut adalah perbuatan syirik akbar* karena telah mengada-adakan dan mengibadati ilah selain Allah, berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
(Ingatlah),
ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung
apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" (QS. Al-Anbiya: 52)
Mereka
(Bani Israel) menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu
(emas) ini, hingga Musa kembali kepada kami." (QS. Thaha: 91)
Aku (burung Hudhud) mendapati dia (Ratu Balqis) dan kaumnya sujud kepada matahari, tidak kepada Allah;... (QS. An-Naml: 24)
Apakah
mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat
menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan
orang. (QS. Al-A'raf: 191)
Yang
mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan
menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan
yang durhaka, (QS. An-Nisa: 117)
2. Mengaku sebagai Allah atau rabb/ilah (tuhan) selain Allah
Arbab adalah bentuk jamak dari rabb yang berarti pengatur atau yang mengatur. Jadi, Rabb (Allah) adalah Zat Yang mengatur atau Yang menentukan hukum. Sedangkan alihah merupakan bentuk jamak dari ilah
yang berarti segala sesuatu yang diabdi, ditaati, atau disembah. Ilah
bisa berupa manusia, barang, kesenangan atau hal-hal yang mendatangkan
kesenangan maupun ketenangan. Kalimat tauhid Laa ilaaha illallah
(tiada ilah selain Allah) artinya secara esoterik maupun aplikatif
adalah tiada sesuatupun yang diikuti aturannya, dijauhi larangannya atau
diibadati (disembah/diabdi) selain Allah dengan
kepengaturan-Nya/ajaran-Nya sebagai Rabb. Dengan demikian siapa
saja yang mengaku sebagai Allah atau rabb/ilah selain Allah dengan
tujuan atau alasan apapun, maka ia telah melakukan perbuatan syirik
akbar karena telah menduakan keesaan Allah, berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
(Fir'aun)
berkata: "Akulah rabb-mu yang paling tinggi." Maka Allah mengazabnya
dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (QS. An-Nazi'at: 24-25)
Dan
barangsiapa yang mengatakan di antara mereka; “Sesungguhnya aku adalah
ilah selain Allah” maka Kami membalas dia dengan Jahannam, begitulah
Kami membalas orang-orang yang zalim (musyrik). (QS. Al-Anbiya: 29)
Tidak
wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab,
hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu
menjadi orang-orang yang mengibadatiku selain Allah... (QS. Ali Imran:
79)
3. Mengaku sebagai anak Allah
Baik mengaku
secara biologis maupun hanya sekedar kiasan, siapapun yang mengaku
sebagai anak Allah maka ia telah berbuat syirik akbar karena telah
merendahkan Zat Khalik ke level makhluk-Nya, berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
Orang-orang
Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan
kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu
karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan
kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara
orang-orang yang diciptakan-Nya... (QS. Al-Maidah: 18)
...mereka
membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak
laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci
Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta
langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak
mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui
segala sesuatu. (QS. Al-An'am: 100-101)
Katakanlah:
"Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlash: 1-4)
Dan
katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang
memerlukan penolong dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang
sebesar-besarnya." (QS. Al-Isra: 111)
...Sesungguhnya
Allah Ilah yang Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang
di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi
Pemelihara. (QS. An-Nisa: 171)
4. Mengatakan atau menetapkan bahwa Allah mempunyai anak
Barangsiapa
yang berbuat demikian berarti ia telah menyamakan sifat Allah dengan
makhluk-Nya dan tentu saja hal ini merupakan perbuatan syirik akbar,
berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
Orang-orang
Yahudi (Yaman) berkata: "Uzair itu anak Allah" dan orang-orang Nasrani
berkata: "Al Masih itu anak Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan
mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu.
Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling? (QS.
At-Taubah: 30)
Mereka
(orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah,
bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua
tunduk kepada-Nya. (QS. Al-Baqarah: 116)
Maka
apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al
Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak-anak
perempuan Allah)? (QS. An-Najm: 19-20)
Katakanlah:
"Jika benar Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad)
orang yang mula-mula memuliakan (anak itu)." Maha Suci Rabb Yang empunya
langit dan bumi, Rabb Yang empunya 'Arsy, dari apa yang mereka sifatkan
itu. (QS. Az-Zukhruf: 81-82)
Allah
sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada ilah (yang
lain) beserta-Nya, kalau ada ilah beserta-Nya, masing-masing ilah itu
akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari ilah-ilah itu
akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang
mereka sifatkan itu, Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang
nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS.
Al-Mu'minun: 91-92)
...mereka
membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak
laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci
Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta
langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak
mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui
segala sesuatu. (QS. Al-An'am: 100-101)
Dan
mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah,
sedang untuk mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai
(yaitu anak-anak laki-laki). (QS. An-Nahl: 57)
5. Mengatakan atau mengajarkan bahwa Allah ialah Nabi Isa 'alaihis salam atau salah satu oknum Trinitas
Secara
khusus hal ini ditujukan kepada orang-orang Nasrani yang mengatakan dan
mengajarkan bahwa Allah ialah Isa Al-Masih dan bahwa keduanya adalah
oknum-oknum Trinitas (Allah, Isa Al-Masih, Ruhul Qudus). Namun demikian,
tidak menutup kemungkinan adanya orang-orang selain Nasrani yang
berpandangan seperti itu. Barangsiapa yang mengatakan, mengajarkan, atau
berpandangan bahwa Allah ialah Nabi Isa 'alaihis salam atau salah satu oknum Trinitas, maka dia telah berbuat syirik akbar berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah
Al Masih putera Maryam." Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang
dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al
Masih putera Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang
berada di bumi kesemuanya?"... (QS. Al- Maidah: 17)
Sesungguhnya
telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al
Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani
Israil, ibadatilah Allah Rabb-ku dan Rabb-mu." Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka... (QS. Al- Maidah: 72)
Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang berkata: "Bahwasanya Allah salah seorang dari
yang Tiga (Trinitas)", padahal sekali-kali tidak ada ilah selain dari
Ilah Yang Esa... (QS. Al- Maidah: 73)
...Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan: "Tiga (Trinitas)", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu)
lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Ilah Yang Maha Esa, Maha Suci
Dia dari mempunyai anak... (QS. An-Nisa: 171)
6. Menyembah malaikat atau nabi tertentu atau menjadikan mereka sebagai arbab
Arbab adalah bentuk jamak dari rabb yang berarti pengatur atau yang mengatur. Jadi, Rabb (Allah) adalah Zat Yang mengatur atau Yang menentukan hukum. Mengatur
alam raya ini, baik secara kauniy (hukum alam) maupun secara syar’iy
(syari’at) sepenuhnya merupakan hak Allah sebagai Rabb, sebagaimana
firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
...Menetapkan
hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia
Pemberi keputusan yang paling baik." (QS. Al-An’am: 57)
...Menetapkan
hukum itu hanyalah hak Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
mengibadati selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf: 40)
...dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum (keputusan)." (QS. Al-Kahfi: 26)
Karena itu,
barangsiapa yang menyembah atau memuja malaikat atau nabi, atau
menjadikan mereka sebagai arbab (rabb-rabb selain Allah), maka dia telah
berbuat syirik akbar karena hal itu berarti telah merampas sifat ketuhanan dari Allah dan diberikan kepada malaikat atau nabi, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
Dan
(tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi
sebagai arbab. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu
kamu sudah (menganut agama) Islam? (QS. Ali Imran: 80)
...dan (juga mereka menjadikan rabb kepada) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa, tidak ada ilah selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubah: 31)
7. Mengkultuskan dan mengagungkan orang-orang saleh tertentu
Hal ini terutama kepada mereka yang sudah meninggal dunia, misalnya para penganut Syiah, khususnya Rafidhah, yang mengkultuskan dan mengagungkan Ali bin Abu Thalib dan putranya, Husein bin Ali, radhiyallahu 'anhum pada setiap ritual tertentu dengan melukai anggota badan hingga berdarah-darah dan memanggil-manggil: "Ya Ali!" dan "Ya Husein!"
secara berulang-ulang sambil meratapi terbunuhnya mereka dan membenci
serta mengutuk orang-orang saleh lainnya yang dianggap menjadi lawan
mereka pada masa itu. Demikian pula ketika melaksanakan ibadah haji di
Mekah, para Rafidhah selalu memuja Husein dengan berseru-seru: "Labbaika Ya Husein!"
Selain itu, banyak juga orang yang mengkultuskan dan memuja-muja para wali. Pengkultusan inilah yang mendorong sebagian kaum muslimin untuk berkunjung ke kuburan para wali. Meski harus merogoh kocek dalam-dalam (padahal uangnya pas-pasan) dan menempuh perjalanan yang jauh serta berpeluh, mereka tidak peduli karena mereka berkeyakinan bahwa mengunjungi kuburan para wali adalah perbuatan yang memiliki keutamaan, apalagi fenomena ini telah berlangsung sekian lama dan rutin dilakukan oleh sebagian penduduk negeri. Di antara para pengunjung tersebut ada yang ingin segera dapat jodoh, ingin punya momongan, ingin jadi orang kaya, ingin dagangannya laris, ingin sembuh dari penyakit, dan sebagainya. Mereka yakin, keinginan atau cita-cita mereka bisa terkabul dengan mengunjungi kuburan para wali dan di sana biasanya mereka mengambil atau memuja benda-benda tertentu seperti air, tanah, keris, atau lainnya serta melakukan sawer sebagai syarat agar keinginan mereka terkabul. Tidak masalah meskipun mereka harus membayar mahal untuk syarat tersebut yang penting cita-cita mereka tercapai.
Manakala
seseorang meyakini bahwa arwah orang-orang saleh yang dikultuskan/dipuja
tersebut bisa mendatangkan syafa'at dan pahala kepadanya, memberikan
efek langsung di dalam kehidupannya atau menyebabkan keinginannya
terkabul, maka dia telah berbuat syirik akbar karena telah menafikan
Allah sebagai Rabb Maha Pemberi rahmat, berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:
Orang-orang
(saleh) yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb
mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab
Rabb-mu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS. Al-Isra: 57)
...Dan
orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun
setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar
seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan
permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu
dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang
diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (QS. Fathir: 13-14)
8. Menyembah atau memuja jin
Umpamanya
ada orang mau membangun rumah, konon katanya di lokasi yang akan
dibangun rumah itu terdapat jin penunggunya, sehingga ketika hendak
membangun rumah, orang tersebut menuju lokasi itu (jin) dengan sesuatu
hal berupa tumbal seperti: memotong ayam lalu dikubur sebelum dibuat
pondasi rumah dalam rangka supaya tidak digangu oleh jin tersebut. Ini
berarti jin tersebut adalah sesuatu yang dituju (diibadati) oleh pemilik
rumah dengan sesuatu (tumbal) dalam rangka tolak bala. Barangsiapa
berbuat demikian atau semisalnya (membakar kemenyan dan lain-lain untuk
menyembah/memuja jin), maka dia telah melakukan perbuatan syirik akbar
karena telah menjadikan jin sebagai ilah selain Allah (sekutu bagi
Allah), berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan
(ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya
kemudian Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini dahulu
mengibadati kamu?" Malaikat-malaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau.
Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah mengibadati
jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu." (QS. Saba: 40-41)
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu... (QS. Al-An'am: 100)
Bukankah
Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
mengibadati syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagi kamu. (QS. Yasin: 60)
9. Menuhankan atau menomorsatukan hawa nafsu
Hawa nafsu
adalah kecenderungan untuk melakukan keburukan. Seseorang yang
menuhankan hawa nafsu (menjadikan hawa nafsu sebagai ilah-nya), ia
mengutamakan keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah. Dengan
demikian ia telah mentaati hawa nafsunya dan menyembahnya (padahal tidak
ada ilah yang berhak disembah selain Allah). Jenis syirik ini amat
berbahaya, karena manusia telah dikuasai hawa nafsunya. Sehingga ia
merasa dirinya di atas segalanya, bahkan ada yang mengaku dirinya
sebagai ilah/rabb (tuhan) yang harus disembah dan ditaati. Orang yang
terjerumus kedalam syirik ini antara lain: Qarun, orang yang terkaya
pada zamannya. Juga Fir’aun yaitu orang yang menuhankan dirinya karena
kesombongan akan pangkat dan kekuasaan.
Menuhankan
hawa nafsu jelas-jelas merupakan perbuatan syirik akbar, karena mereka
lebih mempercayai hawa nafsunya daripada Allah. Menuhankan hawa nafsu
banyak macamnya, umpamanya ada orang yang menginginkan suatu jabatan
dengan harapan jabatan/kekuasaan itu dapat mendapatkan kekayaan harta
benda. Dengan berbagai cara dia akan terus berusaha meraihnya walaupun
caranya melanggar hukum Allah. Contoh lainnya, korupsi atau mengambil
harta secara batil. Jika ada orang yang terus-menerus melakukan korupsi,
apakah dia tahu atau tidak bahwa perbuatan itu dilarang Allah, berarti
dia lebih menuhankan atau menomorsatukan hawa nafsunya daripada Allah.
Demikian pula dengan perbuatan zina, memakan riba, main judi, dan
perbuatan maksiat lainnya yang dilakukan secara terus-menerus dan
menganggapnya sebagai perbuatan yang wajar (padahal Allah melarangnya).
Itulah yang disebut menuhankan hawa nafsu. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang perbuatan syirik ini:
Terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya.
Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. Al-Furqan: 43)
Maka
pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
ilah-nya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah
Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran? (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Menurut Ibnu
Katsir ketika menafsirkan QS. Al-Jatsiyah: 23, yang dimaksud dengan
"menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya" adalah orang itu bertindak
berdasarkan hawa nafsunya, apa yang ia anggap baik, maka ia akan
kerjakan, dan apa yang ia anggap jelek, maka ia akan tinggalkan. Dan
ketika menafsirkan QS. Al-Furqan: 43, beliau berkata: "Kapan saja dia
menilai baik sesuatu dan melihatnya sebagai suatu kebaikan dari hawa
nafsunya sendiri, maka itulah agama dan madzhabnya."
10. Berdoa kepada selain Allah
Yaitu
doa/permohonan (tholab) seperti memohon suatu kemanfaatan atau terhindar
dari suatu kemudharatan, apabila dipersembahkan atau dimintakan kepada
selain Allah maka termasuk perbuatan syirik akbar jika tidak terpenuhi
padanya tiga syarat:
-Permohonan tersebut mampu dikabulkan oleh orang yang diminta,
-Orang tersebut masih hidup, dan
-Orang tersebut hadir dan/atau mampu mendengarkan permohonan kepadanya.
-Orang tersebut masih hidup, dan
-Orang tersebut hadir dan/atau mampu mendengarkan permohonan kepadanya.
Umpamanya
berdoa/memohon kepada orang-orang yang telah mati, makhluk-makhluk halus
(hantu, gendoruwo, arwah gentayangan, dan sebagainya), dewa/dewi
berhala, tuhan-tuhan fiktif, dan sebagainya. Mereka yang diminta ini
sesungguhnya tidak dapat memberi manfaat maupun mendatangkan mudharat
(bahaya), karena itu berdoa/memohon kepada mereka adalah perbuatan
syirik akbar berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan
janganlah kamu memohon kepada selain Allah, yang tidak dapat memberi
manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat
(hal itu), maka sesungguhnya kamu, dengan demikian, termasuk orang-orang
yang zalim (musyrik). (QS. Yunus: 106)
Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang memohon kepada selain
Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan
mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia
dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi
musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (QS. Al-Ahqaf:
5-6)
Dan aku
akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah,
dan aku akan berdoa kepada Rabb-ku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa
dengan berdoa kepada Rabb-ku. (QS. Maryam: 48)
Katakanlah:
"Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka
tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan
mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi
dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu
bagi-Nya. (QS. Saba: 22)
Hai
manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan
itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak
dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka,
tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah
yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al-Hajj: 73)
0 komentar:
Posting Komentar